Hebaaat, Jadwal Hari Pertama Ride The Inferno yang Diprediksi 8 Jam, Dibabat Hanya 3,5 Jam oleh Duet Heri-Ari

By: VMX Media | 02/03/2024 | 154
Hebaaat, Jadwal Hari Pertama Ride The Inferno yang Diprediksi 8 Jam, Dibabat Hanya 3,5 Jam oleh Duet Heri-Ari

YOGYAKARTA, VMXMedia.ID – Two thumbs up! Yaa, acungan jempol layak diberikan kepada dua rider enduro, Heri 888 dan Ari Zuri, yang finish jauh lebih cepat dari jadwal yang diprediksi panitia. Mereka tiba kembali di Hotel @K tepat pukul 12.00. Padahal di jam yang sama, masih banyak orang yang belum tiba di Pos 1 (setengah perjalanan), tempat makan siang di Helipad Soeharto.

Jadi, dari jam keberangkatan pukul 08.30, praktis hanya 3,5 jam waktu yang mereka tenpuh untuk tiba di finish. Luar biasa! Keduanya memang dikenal sebagai rider enduro senior; berbagai event di luar Pulau Jawa sudah dilakoni. Kegiatan enduro yang hanya 2 hari terbilang ringan bagi mereka, karena sudah beberapa kali mengikuti event 6 atau 7 hari.

Heri yang juga aktif di komunitas Siput (Si Petualang Trabas, Jakarta) didampingi Ari Zuri (Depok), menuturkan, jalur Ride The Inferno ini menarik, karena terdiri dari berbagai jenis kontur tanah. “Jalan aspal sebelum masuk jalur sekitar 15 KM itu bagus untuk mengurai peserta. Begitu masuk jalur, langsung dapet sungai. Awalnya agak ringan tapi kemudian masuk ke bebatuan besar. Keren, sungainya jernih. Dari situ kita masuk tanggul yang licin banget,” jelasnya kepada jurnalis VMX Media Dadan Hendaya, usai tiba kembali di Hotel @K, Kaliurang, Yogyakarta, Sabtu (2/3).

Selepas sungai, lanjut Heri, masuk ke penambangan pasir. “Nah, di situ disiksa dengan tanjakan berbatu. Batunya kecil-kecil, ga ada lahan untuk ancer-ancer start. Lalu masuk kawasan pepohonan yang kita terpaksa bikin jalur baru, dahan-dahan kita potong pakai tangan. Dari sana ketemu sungai dan tambang pasir lagi. Berat juga di sini, tersisa 6 atau 8 motor yang barengan kita berdua.”

Ari menambahkan, selepas itu ada tanjakan kayu licin banget dengan kemiringan 60°. Tak ada lahan untuk ancang-ancang, tanahnya pun gembur dan campuran lumpur. Satu-satunya cara adalah digaspol, dengan lumpur beterbangan di belakang.”

Kemudian ketemu jalan biasa, dan masuk kebun pinus. Ada tanjakan yang ga beradab, ngawur itu. Terpaksa ditarik pake tali. Ga bisa kalo ga ditarik. Kayanya nancep semua di situ kalau ga bawa tali. Untungnya kita bersama tim dari Sukabumi yang bawa tali, sehingga saling tolong menarik motor,” tutur Ari.

Tantangan berhenti sampai situ? Jelas tidak! Masih ada lembah, namun keduanya mencari jalur baru yang sebenarnya berat juga. Lewat dari sana, sekitar jam 10an sudah tiba di Helipad Soeharto. Tapi karena keduanya terlalu cepat, panitia masih prepare makan siang, jadi diputuskan untuk lanjut jalan.

“Dilanjut karena kita kelaparan jalur, mending diterusin. Kita ga lewat 2 KM Romaniacs, tapi melipir ke kiri namun tetep nyebrang jalur batu, masih ada sekitar 7 KM hutan juga. Kontur tanah superbowl, ndut-ndutan terus, lalu penuh kayu. Ya keluar dari sana, aman jalan aspal lagi dan tiba di hotel kembali jam 12.00,” kata Heri.”

Kita dengan cari jalur, ada kepuasan tersendiri. Terus terang kita ga seneng liat antrian panjang di jalur. Jadi kalau ada spot yang bikin antrian, kita lebih seneng buka jalur melipir,” kata Ari menutup pembicaraan.

Sukses dan sehat selalu yaa. (day)