Written by Dadan Hendaya
VMXMedia.ID – DI balik kesuksesan seorang anak menjadi pembalap motocross, ada peran orang tua, terutama ibu yang dengan telaten merawatnya. Bahkan peran mereka menjadi determinan penting, anaknya bisa berprestasi di usia teramat muda.
Berikut ini adalah wawancara VMX Media dengan para ibu cantik, orangtua dari empat pembalap usia dini yang semuanya punya titel juara.
1. Lala Dhani, ibunda Fidel Lionel (7)
“Saya percaya the power of praying. Selain ikhtiar berupa latihan fisik, lari, dan gym, saya perkuat dengan doa. Saya juga sesekali marah untuk memecut anak giat berlatih. Sesekali anak pernah bosan, down, malas latihan. Yang saya lakukan kemudian, adalah menyetop dulu latihan, break beberapa hari, diiming-imingi liburan dan diajak ngobrol dari hati ke hati.”
2. Rika Wahyuningsih, ibunda Gandewa Abimanyu (7)
“Anak saya ditulari balap motor oleh papanya yang dari muda senang motor. Namun, kita tak pernah memaksakan kehendak kepada anak. Ia diberi pilihan untuk diputuskan sendiri, apakah mau berkarier di dunia balap, atau murni sekolah. Gandewa-lah yang memutuskan untuk fokus di dunia balap, sedangkan sekolah memberi dispensasi untuk anak yang punya prestasi di olahraga.”
3. Irene Kristi, ibunda Elliot Rolland (7)
“Awalnya memang papihnya yang meracuni (dalam arti positif, Red) Elliot dunia balap motor. Dan ternyata anaknya suka, tanpa ada paksaan sama sekali. Jadi, saya dan papihnya hanya memberikan dukungan dan fasilitas atas keinginan anak, bukan memaksa anak agar ada di dunia motocross. Karena kalau maksa juga percuma, nanti dia akan bosan sendiri dan ga akan maksimal.”
4. Harlia Rais, ibunda Anindya Baskoro (9)
“Bapaknya Baskoro adalah yang mengenalkan anak ke dunia balap, karena mungkin menjadi pembalap adalah impian terpendamnya. Namun, kita tak pernah memaksa anak untuk berkarier di motocross. Hanya saja kami memberi pengarahan dan memfasilitasi apa keinginannya. Saya bersyukur karena balap motor menjadikan anak saya lebih cepat dewasa, lebih tahu gimana menghadapi risiko. Kita gak perlu stressing si anak, memaksa anak, karena yang dibutuhkan adalah suasana yang enjoy untuk menjalankan keinginannya.”
Nah, tampaknya poin “jangan memaksa” anak yang jadi benang merah pemikiran para ibu. Karena prestasi hanya bisa diraih saat sang anak mencintai apa yang dilakukannya. Setuju kan, braaapers?