VMXMedia.ID—Di tengah gempuran Kawasaki KLX dan Honda CRF yang merajai pasar motor trail di Indonesia selama satu dekade terakhir, ada satu nama yang pernah berjaya dan menjadi legenda di hati para petualang Tanah Air: Suzuki TS. Jauh sebelum kedua pabrikan tersebut “bermain tanah” di segmen ini, Suzuki TS sudah lebih dulu melanglang buana, menorehkan jejak kejayaan sebagai motor trail primadona di era 70-an hingga awal 2000-an.
Sejarah petualangan Suzuki TS di Indonesia dimulai pada 1973 dengan kehadiran Suzuki TS100 series. Motor ini langsung menarik perhatian dengan tampilan khasnya yang jangkung, menjadikannya ikon motor trail jadul yang populer di masanya. Dibekali mesin 2-tak berkapasitas 100 cc, TS100 mampu menghasilkan tenaga 10.59 tk pada 7.000 rpm dan torsi 11,4 Nm pada 6.000 rpm. Bobotnya yang hanya 92 kg membuatnya sangat lincah dan gesit, sebuah nilai plus yang dicari para pengendara trail.
Popularitas motor trail di era 70-an dan 80-an tidak bisa dimungkiri. Coba saja tengok film-film lawas dari periode tersebut, banyak adegan yang melibatkan motor trail. Salah satu contoh ikoniknya adalah film legenda ‘Pengabdi Setan’ yang juga menampilkan motor-motor “penggaruk tanah” ini. Desain Suzuki TS100 yang manis dengan tangki membulat, jok pendek, kaki jangkung, dan knalpot menjulang, semakin memantapkan posisinya sebagai motor idaman para pencinta off-road.
Kesuksesan TS100 kemudian diikuti oleh varian-varian lain seperti TS100ER. Namun, kartu AS Suzuki di pasar trail adalah Suzuki TS125ER, yang mulai masuk Indonesia pada 1993. Varian ini diklaim lebih sempurna, terutama dengan peningkatan signifikan pada suspensi depannya yang lebih tinggi dan adopsi sistem monoshock di bagian belakang. Fitur ini menjadikan TS125ER lebih tangguh dan siap melibas medan off-road dengan mudah.
Suzuki TS125ER dibekali mesin dua tak berkapasitas 123 cc yang mampu memuntahkan tenaga 13 hp pada 7.000 rpm dan torsi mencapai 9.8 ft-lbs. Dengan jarak ke tanah mencapai 235 mm dan bobot hanya 105 kg, TS125ER menawarkan ground clearance yang ideal dan kelincahan yang superior, menjadikannya pilihan favorit bagi para penggemar enduro Indonesia.
Pengabdian TS125 di kancah motor trail Indonesia harus berakhir pada tahun 2005. Bukan karena performa yang menurun, melainkan karena adanya regulasi di Indonesia yang melarang produksi motor 2-tak, yang menjadi akhir dari era banyak motor 2-tak legendaris Suzuki di Tanah Air.
Kesuksesan Suzuki di segmen motor trail tak pelak memancing pabrikan lain untuk ikut ambil bagian. Yamaha hadir dengan DT100 di tahun 1976, disusul Kawasaki dengan Binter KE125 pada tahun 1981. Menariknya, saat pabrikan lain masih asyik dengan motor trail 2-tak, Honda sudah selangkah lebih maju dengan menghadirkan motor trail berkubikasi 125cc 4-tak.
Itulah Honda XL125, motor trail Honda pertama yang masuk Indonesia pada tahun 1977 sebagai pesanan khusus untuk dinas pertanian. Meskipun bukan untuk konsumsi publik secara luas pada awalnya, Honda XL125 menunjukkan inovasi Honda di masa itu. Motor ini mampu memuntahkan tenaga 13 dk pada 9.400 rpm dengan kecepatan puncak mencapai 114 km/jam
Kini, Suzuki Indonesia belum lagi menunjukkan taring di ranah motor trail. Namun, nama Suzuki TS series tetap melegenda dan dicari oleh para kolektor serta penggemar adventure. (dpu)