Profile

Sinergi Antara Motor Trail dan Lingkungan Hidup a la Trabas

By: Angga Kuntara | 24/10/2022 | 743
Sinergi Antara Motor Trail dan Lingkungan Hidup a la Trabas
Anggota Trabas di acara Gathering Camp Trabas, Kuningan 2019

Bagi Anda yang sudah lama menggeluti dunia off-road, tentunya Anda tahu Trabas. Komunitas motor trail asal Bandung ini termasuk salah satu komunitas motor off-road tertua di Bandung, bahkan di Indonesia.

Trabas adalah singkatan dari Trail Adventure Bandung Association. Komunitas ini berdiri sejak 15 September 1995 oleh lima orang pendiri: Jerry Sigit, Hans Modja, Iwan Sumekar, Arya Kamijaya (almarhum), dan Adi Siswandi (almarhum). 

Dewan Pendiri (Angkatan 0) Trabas, dari kiri ke kanan: Jerry Snake, Hans Modja, Uhi Herlia, Devi Darmawan, Yudi Ao (foto dok. Devi Darmawan)

“Semenjak kami berdiri pada 1995, kami berinisiatif mendirikan komunitas untuk mewadahi orang-orang yang hobi mengendarai motor trail ke gunung dan hutan. Karena pada saat itu nggak banyak yang melakukan ini. Kebetulan di waktu yang bersamaan, Suzuki TS baru muncul,” ujar Devi Darmawan, Ketua I Organisasi Trabas periode 2020-2023 melalui sambungan WhatsApp, Jumat (21/10) lalu. 

Pada tahun 1999, berdirilah angkatan pertama Trabas. Pendirian angkatan pertama ini juga diikuti dengan pembentukan struktur organisasi yang diinisiasi oleh Iwan Sumekar (Iwan Ableh) dan Frans Tanujaya. 

Devi yang mulai bergabung sebagai anggota pada tahun 1999 ini mengungkapkan bahwa cara Trabas merekrut para anggotanya adalah melalui sistem pendidikan dan pelatihan (diklat). Diakuinya, sistem diklat ini baru diterapkan terhadap angkatan kedua Trabas yang berdiri pada 2006. 

Beberapa anggota Angkatan 0 Trabas saat Diklat Angkatan X Trabas, 2021 (foto dok. Devi Darmawan)

“Sejak angkatan kedua pada 2006, kami merekrut para anggota melalui sistem diklat. Diklat ini terbagi ke dalam tiga bagian. Diklat pertama fokus kepada materi kelas seperti etika dalam berkendara, penggunaan p3k, dan sistem navigasi. Diklat kedua fokus kepada praktek berkendara. Sementara diklat ketiga yaitu mabim dan pengukuhan,” ujar Devi. 

Menurut penuturan Devi, hingga saat ini total anggota Trabas berjumlah 1000 orang dari 11 angkatan sejak pendirian pertamanya pada 1995. 

Devi juga mengungkapkan bahwa terkait dengan penggunaan motor, Trabas lebih suka menggunakan motor lokal dibandingkan motor build-up karena motor build-up menggunakan power yang membuat para racer kewalahan ketika trabasan.

“Rata-rata anggota kami untuk off-road menggunakan motor lokal seperti Suzuki TS 125, KLX, dan CRF. Ada juga beberapa motor tipe built-up seperti KTM, Husqvarna dan lain-lain,” ujar Devi.

Popularitas Trabas semakin mengemuka manakala event Trabas Merdeka mulai diadakan pada 2003. Yang menarik, di event pertamanya ini, Trabas tidak menghadirkan hadiah atau doorprize. Para anggotanya hanya menyediakan jalur-jalur terbaik untuk menjadi seorang petualang sejati.

Pada tahun ini, Trabas Merdeka sudah memasuki tahun ke-19. Event ini diadakan pada 26-27 Agustus 2022 lalu dengan mengambil start di Sukabumi dan finish di Cipatat, Padalarang, Jawa Barat. Yang menarik adalah, Trabas berhasil membuat sebuah terobosan baru dengan menyediakan dua jalur: jalur dual purpose sepanjang 80 hingga 100 km, dan jalur adventure sepanjang 120 km. 

Para anggota Trabas di event Trabas Merdeka 19, 26-27 Agustus 2022 (foto dok. Devi Darmawan)

Kehadiran Trabas sebagai komunitas motor trail legendaris yang sukses membuat para anggotanya membuat beberapa divisi, salah satunya adalah Trabas Racing Team yang berfokus memupuk minat anak-anak usia dini terhadap dunia balap. 

Trabas Racing Team pun sukses menuai berbagai prestasi. Salah satunya berhasil diraih Fachmi Ahmad Fauzi (angkatan kedua) dalam kejuaraan balap motor enduro di kancah nasional. 

Fachmi Achmad Fauzi (angkatan kedua), anggota Trabas Racing Team yang berhasil meraih prestasi nasional di kancah enduro (foto dok. instagram.com/trabas_gallery)

Adapun divisi lain dari Trabas selain racing team adalah lingkungan hidup, baksos, dan rescue team. Pada dasarnya keempat divisi ini masih saling berkaitan satu sama lain.

“Salah satu kurikulum dalam diklat kami yaitu berupa go-green dan bakti sosial terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. Seperti pendirian mushola di area hutan, serta edukasi mengenai cagar alam yang tidak boleh dimasuki area off-road,” ujar Devi.

“Sementara rescue team sendiri didirkan untuk membantu keamanan dan kenyamanan para anggota Trabas dalam berkendara. Bahkan ada beberapa anggota rescue team kami yang ditarik untuk bergabung dalam Basarnas seperti pada saat menangani tsunami Anyer, longsor Banten, dan lain-lain,” tambah Devi. 

Saat ini, Trabas tengah berfokus pada diklat angkatan baru yang berlangsung pada Juli 2022 hingga Februari 2023. Rencananya, pada Januari 2023 mendatang, angkatan baru Trabas ini akan melakukan manajemen exploring serta event sebagai tugas terakhir dalam rangkaian diklat angkatan ke-11 (angkatan XI Trabas).

Adapun manajemen exploring yang akan dilakukan angkatan ke-11 Trabas ini berupa perjalanan ke Dieng, Jawa Tengah, serta event bertajuk “Trabas Jelajah Indonesia”. Selanjutnya Trabas akan mengadakan pelantikan CATRA (Calon Anggota Trabas) untuk angkatan XI menjadi anggota penuh Trabas dengan nomor anggota.

Setelah rangkaian diklat angkatan XI berakhir, Trabas akan mengadakan musyawarah anggota untuk menentukan ketua umum Trabas yang baru periode 2023 hingga 2026. Musyawarah anggota ini juga sekaligus menandakan masa akhir periode kepengurusan Trabas periode 2020 hingga 2023.

Dewan Pimpinan Kepengurusan Trabas periode 2020-2023 (foto dok. Devi Darmawan)

“Harapan saya, semoga Trabas bisa terus berjalan ke arah lebih baik dari segi SDM-nya. Para anggotanya juga bisa senantiasa menumbuhkan etika berkendara dan menjaga kekompakan,” ujar Devi menutup percakapan.