Written by Munandar Nuch Arsih
VMX.ID – TERLALU banyak sisi positif dari sosok Irwan Ardiansyah, maestro motocross nasional yang menghembuskan napas terakhirnya, Selasa (28/3). Sehingga artikel mengenai dirinya akan terus bermunculan, seperti halnya yang kini tengah dibaca braaapers.
Terlahir dari keluarga penggemar balap motor, Kang Dian –begitu dia biasa dipanggil– mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk racing. Karir balapnya dimulai tahun 1991, dan menjadi pionir semaraknya kompetisi motocross di Yogyakarta. Pada tahun 1992, Irwan Ardiansyah menggerakan komunitas motocross di Yogyakarta untuk menjadi sentral pembalap motocross yang konsisten berkompetisi tingkat nasional. Beragam prestasi telah diraihnya baik nasional maupun internasional. Ia pun sempat berlatih di Amerika Serikat bergabung di Jim Holley MX School, California, dan Donnie Hansen Motocross Academy (DHMA).
Pembalap kelahiran Yogyakarta, 20 September 1977 terkenal sebagai sosok yang kritis terkait segala permasalahan balap, entah itu regulasi dan event kompetisinya. Prestasi pertamanya adalah menjadi Juara Umum Motocross Pemula 125 cc di kejuaraan Motocross Brawijaya ditahun1993. Ia kemudian menorehkan prestasi sebagai juara nasional Kelas Junior 125cc pada tahun 1994 dan 1995. Kemudian tahun 1996 naik kelas Senior, dan sukses menjuarai Kejurnas Motocross di tahun 1996; bahkan hingga berturut-turut menjuarai Kejurnas hingga musim kompetisi 2002. Tujuh tahun berturut-turut yang luar biasa.
Untuk prestasi di kejuaraan Motocross Internasional, Irwan Ardiansyah memulai prestasinya di tahun 1995, menjadi juara III Pemula 250 cc GFI Winter Series LACR California, Amerika Serikat, peringkat VII 125 cc KTM Supercross Perth Australia (1996), juara IV FIM Asia Supercross Medan (2001), hingga peringkat IV FIM Asia Supercross (2002).
Kang Dian menyatakan pensiun balap motocross di tahun 2017 dan melanjutkan karir balapnya di roadrace. Masa pensiun balapan motocross dikonsentrasikan dengan membentuk dua anaknya berkarir sebagai crosser. Sambil balap roadrace nasional, ia mengolah kemampuan Sheva Anella Ardiansyah dan Ryan Devano Ardiansyah untuk melanjutkan eksistensinya di ajang balap motocross.
Sejalan dengan itu, a mendirikan Irwan Ardiansyah Motocross Academy ( IAMA ) dengan fasilitas menyiapkan sirkuit, mekanik, dan mess atlet.Di IAMA, penggemar sepeda ini melatih pembalap dengan materi latihan mulai dari teknik dasar berkendara motor, menjaga stamina, posisi badan (riding position), menghadapi track lurus, tikungan, hingga membuka gas.
Di sekolah balap motocrossnya, Kang Dian membatasi melatih 4-5 pembalap untuk memaksimalkan program melatihnya. Agar lebih maksimal, untuk menjadi seorang crosser profesional sebaiknya dimulai sejak usia enam tahun.
Dedikasi terakhirnya, sebelum diinfokan sakit kanker otak stadium empat, Irwan Ardiansyah telah membangun sirkuit Sultan Agung di Bantul Yogyakarta, yang kini dinamai sesuai namanya, setelah meninggal. Sirkuit sepanjang 1,6 km dan lebar 10 meter itu bisa dibilang sangat cocok untuk event motocross kelas nasional.
Kang Dian sejak akhir November 2022 diberitakan oleh keluarganya sedang berada di rumah sakit di Yogyakarta. Beberapa saat kemudian, ia dibawa ke Rumah Sakit Siloam Karawaci Tangerang, Banten, sebelum akhirnya kembali dipindahkan ke RS di Yogyakarta.
Selamat jalan, Sang Maestro!