VMX.ID – PEMBENTUKAN talenta muda Indonesia menjadi pembalap yang kompeten membutuhkan mentor yang memahami standar balap skala internasional.
“Mentor dan pengamat harus memperhatikan dan mencatat dengan detail performa tiap pembalap yang andal dan berpotensi, seperti mencatat catatan waktu dan karakter gaya balap tiap-tiap pembalap muda,” jelas Frans Tanujaya, tokoh motocross Indonesia, yang juga mantan pembalap yang rutin mengikuti kejuaraan motocross tingkat naisonal dan internasional.
Lebih lanjut, menurut Frans, Ikatan Motor Indonesia (IMI) idealnya harus membentuk tim mentor dan pencari bakat dengan menerapkan standarisasi FIM. Hal yang dinilai tim ini nantinya mutlak soal kualitas dan performa pembalap.
Hal yang menajdi fokus penilaiannya adalah lap time, riding style, breaking point, shifting up/down, engine brake, berem speed, riding position, stamina, mental berlomba, dan perilaku. Nilai selama masa penilaian ini akan dikalkulasikan di akhir masa penilaian.
“Setiap selesai warming up dan race, hasilnya diumumkan kepada pembalap yang masih kurang kompetitif agar termotivasi di balapan berikutnya. Tujuannya agar suasana kompetitifnya lebih greget. Minimal tidak ada gap yang signifikan,” tegas Frans.
Tim pencari bakat dan mentor pembalap harus berkomitmen memberikan evaluasi kepada para pembalap. Pembalap yang memiliki penilaian terbaik nantinya bisa dikirim untuk berkompetisi di FIM Junior Motocross.
Penulis: Munandar Nuch Arsih