Trabasan VMX Telusuri Berbagai Kontur: Mulai dari Tanah Becek, Bukit Kapur, Ilalang dan Bebatuan

By: VMX Media | 11/02/2024
Trabasan VMX Telusuri Berbagai Kontur: Mulai dari Tanah Becek, Bukit Kapur, Ilalang dan Bebatuan

BANDUNG, VMXMedia.ID – Benarlah apa yang dikatakan para kaum penghobi motor trail atau off-roader, bahwa Kab. Bandung Barat (KBB) adalah “surganya” trabasan. Untuk di satu kecamatan, yakni Padalarang saja, begitu banyak jalur yang tersedia. Belum lagi kalau bicara Cipatat, Cisarua, Lembang, Parongpong, Rongga, Cipongkor, Gununghalu atau Sindangkerta. Jalur untuk ngegas begitu variatif, dan kita akan terpana seakan tiada habisnya.

Itulah yang dirasakan ketika tim VMX –yang terdiri dari Dadan (Redaksi), Izzy (Bengkel) dan Afif (Sales)– menelurusi kekayaan alam di Padalarang menggunakan tiga motor, GASGAS, Yamaha WR155 dan Honda CRF 150. Kontur jalan yang dilewati begitu lengkap, mulai dari tanah licin pascahujan semalam, bukit kapur, ilalang dan bebatuan.

Trabasan dimulai sesaat setelah keluar dari Kota Baru Parahyangan, dan langsung menikmati licinnya tanah merah di Desa Bojongheulang. Tanjakan dan turunan bergantian dilewati. Kita bisa menikmati pemandangan alam yang menakjubkan dengan bukit-bukit menghijau di kejauhan. Ada pula air terjun kecil yang bisa dijadikan tempat mandi atau sekadar membasuh wajah.

Yang menarik, ada dua spot tanjakan ekstrim di sini, yaitu Tanjakan Noceng dan Tanjakan Purwodadi. Tapi jangan coba-coba memanjatnya ketika tanah licin setelah hujan. “Harus kondisi kering, karena kalau basah sediikit aja, motor akan nyorosod ke bawah,” kata Izzy yang memang sudah beberapa kali melewati jalur ini.

Perjalanan dilanjutkan dengan memasuki perbukitan kapur di Cikande dan Citatah. Braaapers bisa temukan tempat penambangan batu kapur berikut segala jenis alat beratnya. Di kawasan ini begitu banyak persimpangan, yang jika tak bisa membaca peta, akan membawa kita ke arah yang berlainan. Tim VMX pun  sempat berputar-putar, sebelum akhirnya keluar di jalan raya Padalarang menuju Cipatat.

Trabasan dilanjutkan dengan menyebrang ke utara jalan raya dengan memasuki kawasan Cirawamekar. Di sini braaapers akan disuguhi jalan di pematang sawah, menyusuri sungai dan irigasi serta sesekali jalan bebatuan. 

Lelah setelah 3 jam berkendara? Di warung Ateu Fuji lah para penggemar trabasan akan beristirahat dan makan siang. Ada saung yang persis di sebelah sawah dan kebun, tempat yang amat tepat untuk melepas penat. Jika bukan karena komitmen untuk trabasan seharian penuh, braaapers akan tertahan dan tertidur di sini usai makan nikmat nan mengenyangkan.

Sebenarnya, usai istirahat inilah trabasan yang sesungguhnya dimulai, yakni di sekitar Cipicung. Jalan penuh batu, memaksa kita untuk mengeluarkan semua otot tangan yang dimiliki, menguras energi yang barusan diisi makanan. Kontur pun bisa cepat berubah ke tanah, dan kemudian padang ilalang. Saking tingginya ilalang, jalur yang sebelumnya bisa ditempuh, tertutup. Begitupun jalur sungai tak bisa lagi dilewati karena dipenuhi pepohonan yang baru ditebang oleh petani warga setempat.

Di kawasan ini, banyak pula persimpangan, sehingga braaapers bisa memilih untuk melewati Cimangsud, Cicendo  atau Pasir Ucing; namun semuanya akhirnya mengarah ke jalan raya Padalarang menuju Cikalong Wetan.
Perjalanan setengah hari (09.00-16.00) menempuh sekitar 90an Kilometer. Itupun belum sepenuhnya mengelilingi perbukitan di Padalarang. “Kita akan eksplor lagi kawasan ini di trabasan mendatang,” kata Izzy. Tunggu tanggal main berikutnya ya, braaapers. Yang jelas, lelah momotoran terbayar lunas dengan keindahan alam dan keseruan jalurnya. (day)