Everts: Dinasti Terbesar dan Tersukses dalam Sejarah Motocross

By: Delisti Putri Utami | 01/06/2025
Everts: Dinasti Terbesar dan Tersukses dalam Sejarah Motocross

VMXMedia.ID—Dalam catatan sejarah motocross, hanya ada satu nama yang pantas menyandang gelar “Keluarga Kerajaan”: Everts. Sebuah dinasti yang telah mengukir sejarah dengan 14 gelar juara dunia, rekor 101 kemenangan Grand Prix, dan kini, di generasi ketiga, tetap berjaya di podium level elite. Ini adalah garis keturunan luar biasa dan pencapaian yang mungkin tak akan pernah—sulit—terulang dalam sejarah olahraga ini.

Harry Everts: Sang Guru di Balik Legenda

Bagi banyak orang, Stefan Everts adalah raja MXGP, bahkan disebut sebagai pembalap motocross terbaik sepanjang masa. Namun, di balik keagungan Stefan, mungkin justru sang ayah-lah, Harry Everts yang pantas menyandang takhta sejati dalam keluarga ini. Harry, sang patriark, berhasil merebut empat gelar juara dunia meskipun harus berjuang melawan polio yang membuat salah satu kakinya mengecil. Ini adalah testimoni ketahanan dan semangat yang luar biasa.

Lebih dari gelarnya, Harry adalah mentor bagi Stefan. Ia mengajarkan Stefan cara membalap dengan efisiensi teknis yang belum pernah ada sebelumnya, dasar-dasar yang bahkan hingga kini masih diadopsi oleh pembalap elite dunia seperti Jorge Prado, kakak-beradik Lawrence, dan tentu saja, Liam Everts. Yang lebih menakjubkan, Harry terlibat dalam karier mereka semua pada satu titik. Ini menunjukkan pengaruhnya yang jauh melampaui sirkuit balap.

Stefan Everts: Mengukir Takhta Sendiri

Awal karier Stefan Everts tak ubahnya sebuah ujian. Beban ekspektasi sebagai putra seorang juara dunia empat kali tentu terasa berat. Namun, dengan bakat dan determinasi luar biasa, Stefan berhasil menaklukkan tekanan itu. Ia tumbuh menjadi pembalap tersukses di kejuaraan dunia, dengan sepuluh gelar juara dunia yang hingga saat ini masih menjadi puncak yang sulit digapai.

Warisan Stefan tak hanya berhenti di sana. Kini, ia menjadi motivasi bagi Jeffrey Herlings, salah satu pembalap tercepat di planet ini, untuk berupaya memecahkan rekor kemenangan GP miliknya. Namun, sepuluh gelar dunia itu seolah menjadi puncak gunung Everest yang hanya bisa didaki oleh seorang Everts. Ini menegaskan dominasi Stefan di eranya.

Liam Everts: Melanjutkan Dinasti di Bawah Tekanan Juara

Kini, sorotan beralih pada Liam Everts. Jika Stefan merasakan beratnya memiliki ayah seorang juara dunia empat kali, bayangkan posisi Liam. Ayahnya adalah pembalap terbaik sepanjang masa, dan kakeknya pun seorang juara dunia empat kali. Di tahun pertamanya sebagai rider pabrikan, Liam bahkan berada di bawah arahan Antonio Cairoli, juara dunia sembilan kali, sebagai manajer tim. Tekanan seperti apa lagi yang bisa lebih besar dari ini?

Namun, pencapaian terbesar Liam bukan sekadar podium yang ia raih. Ini adalah tentang kemampuannya untuk bertahan di bawah tekanan ekspektasi yang melekat pada nama di punggung jersey-nya—bukan hanya dari luar, tetapi juga dari dalam dirinya sendiri. Ia memikul tanggung jawab yang tak bisa dipahami oleh siapa pun di dunia ini.

Saat masih berada di dalam naungan KTM, dengan motor pabrikan di tangannya, Liam dikelilingi oleh para juara dunia. Jika kita menghitung Jeffrey Herlings dan Joel Smets, ada total 33 gelar juara dunia di bawah satu tenda. Sebuah tim yang merupakan mesin kemenangan, sarat ilmu dan pengalaman, sekaligus menjadi tempat bertumbuh bagi generasi ketiga dari keluarga paling sukses dalam sejarah motocross. Ini adalah beban besar bagi seorang pemuda yang pada 2024 lalu pindah ke tim pabrikan Husqvarna—untuk memprosesnya, lalu mencoba melupakannya, meskipun beban itu tak pernah benar-benar hilang dari benaknya.

Apa pun yang terjadi setelah sejumlah kemenangan Grand Prix-nya, Liam telah membuktikan dirinya sebagai Everts kelas dunia berikutnya. Podium di level Grand Prix adalah prestasi monumental, dan ia telah menambah babak baru dalam warisan keluarga ini. Mungkin ke depan akan ada kemenangan gelar dunia. Namun, semoga tekanan untuk membuktikan nama besar telah sedikit mereda, dan kini Liam bisa membalap dengan kepala tegak—mengetahui bahwa ia telah memberi kontribusi nyata dalam legenda keluarga luar biasa ini. (dpu)