Hot News

Jangan Ngaku Crosser kalau Belum Tahu Sejarah Motocross

By: Angga Kuntara | 22/10/2022 | 1843
Jangan Ngaku Crosser kalau Belum Tahu Sejarah Motocross

Motocross, salah satu cabang olahraga di bidang otomotif, berfokus pada kompetisi balap motor di medan sirkuit yang berbentuk tanah gembur. Motor-motor yang digunakan dalam kompetisi motocross dibedakan berdasarkan kelas cc, mulai dari yang paling kecil 50cc hingga paling besar 450cc. 

Merek dan jenis motor yang digunakan dalam motocross sangat beragam seperti KTM SX, Kawasaki KX, Honda CRF, Husqvarna TC, dan Yamaha WR. Sementara itu, penentuan pemenang dalam perlombaan motocross ditentukan berdasarkan hitungan menit.

Di samping pertarungan kompetisinya yang berlangsung sengit, tahukah kamu seperti apa sejarah motocross? Yuk, simak penjelasannya!

Sejarah Motocross Fase Pertama: Awal Kemunculan

Perlombaan motocross pertama di Inggris pada awal era 1900-an (image source: husqvarna-motorcycles.com)

Asal-usul kata motocross sendiri berasal dari bahasa Perancis, yaitu motocyclette yang berarti “sepeda motor”. Sementara itu, kata cross berasal dari cross country.

Motocross bermula pada awal abad ke-20 di Inggris. Pada awal era 1900-an sebuah klub otomotif di Inggris mengadakan balapan time-trial, istilah yang digunakan untuk menyebut para kompetitor balap berpacu dalam kecepatan waktu. Balapan ini kemudian berubah menjadi scrambles, sebuah balapan time-trial versi off-road

Pada awalnya para racer menggunakan motor harian mereka untuk balap sehingga motocross terbilang cukup berbahaya. Namun, seiring berjalannya waktu, motocross berevolusi dengan adanya pengembangan dari sisi mesin motor. Pengembangan mesin ini membuat motor lebih bertenaga dan berkarisma.

Selain ada pengembangan dari segi mesin, teknologi dan fitur lain yang digunakan pun ikut berkembang. Salah satunya adalah kemunculan sistem suspensi untuk menggantikan bagian rangka yang kaku. Hal ini membuat motor menjadi lebih aman dan kencang saat digunakan balap.

Fase Kedua: Kehadiran Teknologi Mesin 2-Tak

Les Archer, pebalap asal Inggris dalam perhelatan European Championship Series 1955 yang digelar di Belanda (image source: wikiwand.com)

Fase Kedua: Kehadiran Teknologi Mesin 2-Tak

Lambat laun balap motocross semakin populer akibat situasi ekonomi pada Perang Dunia II (1939 – 1945). Pada saat itu sepeda motor yang digunakan para tentara saat berperang banyak yang dijual kepada warga sipil . Hal ini membuat semakin luasnya minat masyarakat terhadap motocross.

Pada 1952 federasi kejuaraan motocross dunia, FIM (Fédération Internationale de Motocyclisme), mendirikan European Championship Series. FIM hadir sebagai badan pengatur sepeda motor yang mensyaratkan motor 500cc untuk diperlombakan. Baru sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada 1962, FIM mendirikan divisi baru dalam balap motocross yang menggunakan mesin motor 250cc.

Berangkat dari sini, muncullah teknologi konsep mesin 2 tak yang diterapkan dalam motocross. Konsep ini muncul dari produk motor pabrikan seperti Husqvarna dan Greeves. Penerapan 2 tak dalam mesin motor motocross membuat motor bergerak lebih gesit dengan kapasitas lebih ringan. Perawatan mesin 2 tak ini pun jauh lebih murah.

Puncaknya, di akhir era 1960-an perusahaan otomotif Jepang seperti Suzuki mulai melebarkan sayapnya dalam pembuatan sepeda motor. Hal ini sedikit banyaknya memberikan sumbangsih bagi industri balap motocross dunia.

Fase Ketiga: Popularitas Motocross sebagai Cabang Olahraga Terekstrem Dunia

Marty Tripes #14, pebalap asal Amerika Serikat menjuarai Superbowl of Motocross di stadion Los Angeles Coliseum 1972 (image source: racerxonline.com)

Saat memasuki era 1970-an kompetisi balap motocross semakin mendunia. Hal ini ditandai dengan berlangsungnya kompetisi balap motocross internasional pertama bertajuk Superbowl of Motocross di stadion Los Angeles Coliseum pada 1972.

Pada era ini pula lahirlah throttle, sebuah jaringan yang mengontrol banyaknya aliran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam mesin melalui karburator. Seiring dengan kompetisi balap motocross yang diadakan setiap tahunnya, penggunaan throttle pun semakin banyak.

Dekade 1970-an juga dianggap sebagai era keemasan motocross di Amerika Serikat karena pada era itu semua kalangan dapat mengakses motocross tanpa memandang usia ataupun tingkat keahlian. 

Hingga saat ini motocross telah berkembang sedemikian rupa menjadi ikon olahraga dalam bidang sepeda motor, terutama dalam bidang sepeda motor dirtbike. Di Indonesia sendiri perkembangan motocross tidak hanya diminati di kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil, bahkan dengan kompetisi balap yang pesertanya didominasi oleh anak kecil.  

Sejarah Motocross di Indonesia

Pop Hartopo (almarhum), legenda motocross Indonesia asal Bandung saat beraksi di Lomba Motokros IMI di Denpasar, Bali tahun 1977 (foto dok. KOMPAS/Raka Santeri)

Popularitas motocross di Amerika Serikat dan Inggris tentunya memberikan pengaruh yang besar kepada berbagai negara di dunia, salah satunya Indonesia.

Perkembangan motocross di Indonesia muncul di paruh 1970’an. Nama-nama berpengaruh seperti Popo Hartopo, Bandung Sunggoro, Bambang Prabowo, Candra Tandio, dan Dudi Mahdi menghiasi industri motocross di Indonesia era itu. Popo Hartopo beberapa kali menjuarai kompetisi motocross tingkat nasional, bahkan internasional.

Bandung Sunggoro, legenda motocross Indonesia era 1970’an (foto dok. pribadi)

Saat memasuki era 1980-an muncul nama-nama seperti Iwan Bigwanto, Sulistyo Wibowo, Susilo Harahap, Tonk Enk, dan Erwin Mancha. Sebagian crosser ini bahkan sudah memulai debutnya sejak era 1970-an. 

Industri motocross di Indonesia mulai memasuki masa keemasannya di pada 1990’an dengan kemunculan nama-nama legendaris seperti Johnny Pranata, Frans Tanujaya, Pieter Tanujaya, Ronny Karno, Irwan Ardiansyah, dan lain-lain. 

Dari nama-nama tersebut, Johny Pranata adalah crosser terfavorit. Dengan penampilannya di sirkuit yang selalu ditunggu penonton, ia seakan menjadi saingan berbahaya bagi crosser lainnya. 

Saat ini industri motocross di Indonesia semakin berkembang dengan kemunculan para crosser cilik seperti M. Athar Al Ghifari, Diva Ismayana, Delvintor Alfarizi, M. Rubin Caesar, dan lain-lain. 

M. Athar Al Ghifari #23, bocah cilik generasi penerus balap motocross di Indonesia (image source: instagram.com/matharalghifari)

Kelincahan yang mereka pancarkan di setiap sirkuit seolah memberi harapan bahwa akan selalu ada regenerasi dalam industri motocross untuk semakin berkembang ke arah yang lebih baik.