BANDUNG, VMXMedia.ID – Aroma persaingan dalam cabang olahraga bermotor grasstrack di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumut mendatang, diprediksi akan sangat kental dan membara.
Persaingan yang sengit dan seru ini akan semakin menarik perhatian karena motor yang digunakan mempunyai spek sama antara kontingen yang satu dengan lainnya, yaitu WR 155cc. Faktor inilah yang berperan dalam memunculkan hasil yang sulit diprediksi.
Pada PON dalam cabang grasstrack, perlombaan terbagi menjadi dua kategori, yaitu perorangan dan beregu, yang terdiri dari empat jenis lomba, yakni Trail 155cc Standar Perorangan, Trail 155cc Standar Beregu, Trail 155cc Modifikasi Perorangan, serta Trail 155cc Modifikasi Beregu. Kategori standar diikuti oleh pembalap berusia 16-20 tahun (kelahiran 2004-2008), sementara kategori modifikasi diikuti oleh pembalap berusia 16-25 tahun (kelahiran 1999-2008).
Dalam babak kualifikasi PON yang digelar di Sirkuit Cargloss Bogor pada bulan Juli lalu, perolehan tiket menuju PON dari setiap kategori sudah ditentukan. Dalam Trail 155cc Standar Perorangan, sebanyak 28 kontingen berhasil lolos, sedangkan untuk Trail 155cc Standar Beregu terdapat 15 kontingen yang berhasil melaju. Sementara itu, pada kategori Trail 155cc Modifikasi Perorangan dan Trail 155cc Modifikasi Beregu masing-masing diikuti oleh 24 dan 15 kontingen.
Penting pula untuk dicermati adalah mekanisme penghitungan poin yang digunakan di kelas beregu. Untuk nomor beregu, masing-masing kontingen diwakili oleh dua pembalap. Penentuan pemenang dilihat dari total waktu tempuh tercepat dari dua peserta, kemudian dikonversikan ke dalam poin.
Pembalap yang finis pertama akan mendapat satu poin, runner-up mendapat dua poin dan seterusnya. Sementara itu, urutan peringkat di kelas beregu ditentukan oleh jumlah poin terkecil dari kedua pembalap yang dimiliki tim. Semua pembalap tersebut akan ada dalam balapan yang sama.
Sebagai contoh ilustrasi, pada kontingen Jabar, jika pembalap A finis di posisi pertama, ia akan mendapatkan satu poin. Begitu pula dengan pembalap B yang finis di posisi kedelapan, ia akan mendapatkan delapan poin. Total poin kontingen Jabar dalam hal ini adalah sembilan.
Di sisi lain, di kontingen Lampung, bila pembalap C finis di posisi kedua, ia mendapatkan dua poin, dan pembalap D yang finis di posisi kelima mendapatkan lima poin. Total poin kontingen Lampung adalah tujuh.
Dengan metode ini, kontingen Lampung berhasil meraih medali emas dengan total poin tujuh, sedangkan kontingen Jabar meraih medali perak dengan total poin sembilan. Meskipun pembalap A dari kontingen Jabar tampil dominan sebagai yang tercepat, rekan satu timnya yang tertinggal di posisi kedelapan mengakibatkan perolehan poin yang lebih tinggi, sehingga kontingen Lampung menjadi pemenang di kelas beregu.
Nah, braaapers, bagaimana menurutmu soal penentuan pemenang di kelas beregu ini? (dpu)