Rem Motor Trail-mu Overheat? Begini Cara Cerdas Menghindarinya ala Crosser Juara

By: Delisti Putri Utami | 30/05/2025
Rem Motor Trail-mu Overheat? Begini Cara Cerdas Menghindarinya ala Crosser Juara

VMXMedia.ID—Di balik laju kencang sebuah motor trail, ada satu komponen vital yang kerap luput dari perhatian: rem. Namun sayangnya, ketika sistem pengereman terlalu sering ditekan secara ekstrem, risiko overheat bisa menjadi ancaman nyata. Saat suhu sistem pengereman naik secara drastis, rem bisa kehilangan fungsinya. Dalam istilah bengkel, rem bisa “njeblos”—gagal mengerem total. Dan ini bukan lagi soal teknis, tapi soal keselamatan.

Agha Riansyah, pembalap motocross yang pernah mencicipi podium pertama dalam ajang FIM Asia Supermoto Class Superstock 2016 di Malang, menyebutkan bahwa overheat bukan monopoli lintasan balap saja. Skenario paling umum terjadinya overheat pada rem harian adalah saat melibas turunan curam.

“Untuk pemakaian harian, penggunaan rem yang berlebihan biasanya terjadi ketika dipakai di daerah atau kawasan yang penuh dengan turunan curam. Misalnya di kaki pegunungan atau bukit. Pemakaian rem yang berlebihan di jalan menurun sama bahayanya seperti hard braking saat balapan. Tekanan bertubi-tubi pada sistem rem membuat panas terus mengalir tanpa jeda,” terang Agha, dilansir 76rider.com.

Tanda awal—dan paling umum—rem mulai overheat cukup khas: terciumnya bau karet terbakar dari area tromol rem. Itu adalah alarm yang tak boleh diabaikan. Agha menganalogikan kondisi ini mirip dengan hard braking atau pengereman mendadak dari kecepatan tinggi yang dilakukan secara terus-menerus.

Menyadari bahaya yang mengintai, Agha Riansyah tak pelit berbagi tips krusial untuk menjaga performa rem motor trail Braaapers.

Agha menyebut untuk memprioritaskan inspeksi kondisi kampas rem. Pastikan ketebalannya tidak kurang dari 50% dari ukuran normal. Lebih lanjut, periksa kekenyalan kampas. “Kalau sudah terasa sangat keras sekali, maka sebaiknya ganti kampas rem, karena ketika tetap dipakai hasilnya tak akan sepakem sebelumnya ketika masih baru,” saran Agha. Jangan lupa untuk membersihkan sisa-sisa serpihan halus kampas rem yang mungkin menempel di tromol maupun permukaan kampas.

Tak hanya itu, Agha juga meminta rider untuk memanfaatkan engine brake. Ini adalah teknik pengereman cerdas yang memanfaatkan deselerasi mesin. Caranya sederhana: tutup gas dan turunkan gigi persneling. Mesin akan membantu mengurangi laju motor secara alami. “Nah ketika kita dibantu engine brake, kita ada kesempatan sesekali mengistirahatkan rem sehingga suhunya terjaga normal,” ungkap Agha.

Bagi Braaapers penggila kecepatan atau mereka yang menuntut performa pengereman lebih tinggi, Agha juga memberikan beberapa rekomendasi seperti berkaitan dengan minyak rem spesifikasi balap.

Pertimbangkan untuk mengganti minyak rem standar dengan spesifikasi racing use minimal DOT 4. “Bisa naik ke DOT 5, atau bahkan DOT 6 yang sekarang sudah mulai dijual,” informasinya. Agha menjelaskan, pengereman keras yang berkelanjutan akan menaikkan suhu minyak rem hingga mendidih. Minyak rem dengan DOT lebih tinggi memiliki titik didih yang juga lebih tinggi, menjaganya tetap stabil di suhu ekstrem.

Selain itu, Agha juga menyebut, Braaapers bisa melakukan upgrade kaliper. Peningkatan dari kaliper dua piston ke empat piston, yang lazim dijumpai pada kejuaraan supermoto, bisa menjadi pilihan. “Tapi untuk kejuaraan motocross, penggantian seperti ini jarang dilakukan karena pengereman ekstrem jangan terjadi,” tutup Agha.

Dengan memahami risiko overheat dan menerapkan tips pencegahan dari ahlinya, Braaapers bisa memastikan sistem pengereman motor tetap prima, memberikan keamanan maksimal di setiap berkendara. (dpu)