VMXMedia.ID – Tabrakan di udara merupakan salah satu risiko paling menakutkan dalam dunia balap motocross. Saat dua atau lebih pembalap melompat bersamaan di atas table top atau melakukan jumping, potensi tabrakan di udara menjadi sangat tinggi. Insiden ini tidak hanya dapat menyebabkan cedera serius, tetapi juga dapat mengubah jalannya balapan dalam sekejap.
Salah satu penyebab utama tabrakan di udara dan menjadi situasi paling berbahaya adalah ketika seorang pembalap keluar dari jalurnya dan masuk ke jalur pembalap lain saat sedang melompat. Hal ini sering terjadi saat pembalap melompat dekat dengan tikungan.
Saat melayang, pembalap yang keluar jalur akan melenceng dari posisi yang semestinya. Jika pada saat yang bersamaan ada pembalap lain yang juga sedang melompat, maka sangat sulit untuk menghindari benturan di udara.
Menurut M. Zulmi, pembalap motocross asal Sidoarjo, pembalap seringkali terlepeset saat keluar dari tikungan dan akhirnya masuk ke dalam lompatan dengan posisi yang keluar dari racing line. Akibatnya, posisi motor sedikit menyimpang ke kiri atau ke kanan, meningkatkan risiko tabrakan. Masalah ini semakin berbahaya ketika pembalap yang keluar jalur kesulitan mengendalikan motornya saat melakukan pendaratan (landing). “Akibat yang ditimbulkan dari benturan keras saar hard landing ini yang sangat berbahaya dan patut diwaspadai,” tegasnya.
Selain itu, dalam beberapa kasus, pembalap dengan sengaja mengarahkan motor ke arah tertentu saat melompat. Misalnya, setelah melompat, pembalap dihadapkan pada tikungan ke kiri. Untuk mempersiapkan diri, pembalap akan mengarahkan motor ke kanan saat melompat agar saat mendarat dapat langsung masuk ke jalur yang tepat. Meskipun ini adalah strategi yang umum, manuver seperti ini bisa berbahaya jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Zulmi juga menekankan bahwa masalah terbesar terjadi ketika pembalap saling tidak melihat dan menyadari potensi terjadinya tabrakan di udara. Dalam kecepatan tinggi dan situasi yang penuh tekanan, komunikasi dan kesadaran antarpembalap menjadi kunci untuk menghindari insiden.
Selain itu, kesalahan perhitungan jarak dan kecepatan sering kali menjadi faktor utama dalam insiden ini. Jika pembalap di belakang memiliki kecepatan lebih tinggi saat masuk ke jump, mereka bisa melompat lebih jauh dari pembalap di depan dan berpotensi menyebabkan benturan di udara. Perbedaan teknik lompatan juga berperan besar. Beberapa pembalap lebih memilih lompatan tinggi dan vertikal, sementara yang lain menggunakan gaya lompat landai dan panjang. Perbedaan ini bisa membuat garis lintasan udara bersinggungan dan meningkatkan risiko tabrakan.
Kurangnya kontrol dalam teknik scrub atau whip juga menjadi faktor penyebab tabrakan. Teknik ini memang sangat berguna untuk mengontrol ketinggian dan sudut motor di udara, tetapi jika dilakukan terlalu agresif atau terlalu dekat dengan pembalap lain, bisa menyebabkan benturan tak terduga.
Masalah lain yang tidak kalah penting adalah blind spot saat jumping. Ketika pembalap melompat, mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk melihat posisi lawan di udara. Jika ada pembalap lain yang datang dari sudut tak terlihat, tabrakan hampir tidak dapat dihindari. Selain itu, beberapa trek memiliki desain yang membuat pembalap harus menggunakan jalur lompat yang hampir sama. Jika dua pembalap berdekatan, risiko tabrakan akan semakin meningkat.
Salah satu dampak paling berbahaya dari tabrakan di udara adalah kesulitan mengendalikan motor saat landing. Benturan keras saat hard landing dapat menyebabkan cedera kepala dan leher jika pembalap jatuh dari ketinggian dan mendarat dengan posisi yang salah. Selain itu, benturan juga dapat mengakibatkan patah tulang dan dislokasi akibat benturan keras dengan pembalap lain atau motor sendiri. Bahkan jika tabrakan tidak menyebabkan pembalap terjatuh di udara, kehilangan keseimbangan saat mendarat dapat membuat mereka kehilangan kendali dan terjatuh setelah landing.
Untuk menghindari tabrakan di udara, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Memiringkan motor saat melayang di udara adalah salah satu cara yang efektif untuk membantu mengontrol posisi motor agar tetap pada jalur yang benar. Selain itu, perhitungan jarak dan kecepatan yang tepat sangat penting agar pembalap tidak terlalu dekat dengan pembalap lain saat memasuki jump.
Teknik scrub atau whip harus dilakukan dengan aman dan tidak terlalu agresif, terutama jika ada pembalap lain di sekitar. Pembalap juga perlu melihat posisi lawan sebelum melompat, jika memungkinkan, agar dapat mengantisipasi arah dan garis lompatan pembalap lain. Memahami karakter trek dan lompatannya juga menjadi faktor krusial. Latihan sebelum balapan sangat penting untuk mengetahui area mana yang berisiko tinggi terhadap tabrakan. Kesadaran dan pengamatan di lintasan juga sangat diperlukan agar pembalap dapat selalu waspada terhadap posisi lawan, terutama saat melompat.
Meskipun tabrakan di udara tidak sepenuhnya dapat dikendalikan, kesadaran dan teknik yang baik dapat membantu mengurangi risiko insiden berbahaya ini. Dalam dunia motocross keterampilan mengendalikan motor, pengamatan yang tajam, dan keputusan cepat di lintasan menjadi kunci untuk tetap aman di udara dan di lintasan balap. (dpu)