Serba-Serbi

Kilas Balik Kejurnas Grasstrack Pertama di Indonesia

By: Delisti Putri Utami | 27/06/2025
Kilas Balik Kejurnas Grasstrack Pertama di Indonesia

VMXMedia.ID–Di belantara olahraga balap motor Indonesia, nama grasstrack atau GTX memiliki tempat istimewa. Bukan hanya sekadar ajang balap “garuk tanah”, grasstrack  telah menjelma menjadi fenomena yang begitu merakyat, membumi, dan terus berkembang. Popularitasnya yang menjulang tinggi tak lepas dari esensinya sebagai balap motor off-road beranggaran terjangkau, membuka pintu bagi talenta-talenta lokal untuk melampiaskan skill dan adrenalinnya.

Grasstrack: Lahir dari Akar Rumput, Tumbuh Bersama Komunitas

Mengapa grasstrack begitu mudah diterima dan digandrungi? Jawabannya sederhana: aksesibilitas. Dengan basis motor cub underbone atau yang akrab disebut “motor bebek” — kendaraan harian yang dimodifikasi dengan penguatan rangka dan setelan suspensi—siapa pun yang punya nyali dan kecintaan pada dirtbike bisa ikut merasakan sensasi balapan. Ini berbeda dengan motocross yang membutuhkan motor special engine khusus balap dengan biaya yang jauh lebih tinggi.

Perkembangan grasstrack di Indonesia tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Meskipun terlihat mandiri, kehadiran builder sasis lokal, tuner bengkel rumahan, hingga dukungan dari ATPM tertentu dan industri perlengkapan off-road roda dua, turut membentuk ekosistem yang kuat. 

Geliat ajang grasstrack bisa ditemukan di seluruh pelosok negeri, bahkan di tempat-tempat tak terduga seperti kebun kelapa sawit pascapanen atau bibir pantai. Uniknya, para “saudagar sawit” yang juga penggila dirtbike tak segan menyisihkan hasil panennya untuk hadiah besar, menjadikan lomba grasstrack lokal semakin menggiurkan. Tak heran, banyak pembalap grasstrack hebat lahir dari wilayah-wilayah kabupaten dengan kontur alam menantang, tempat di mana skill garuk tanah diasah secara alami.

Dari Event Lokal Menuju Kejurnas Perdana yang Bersejarah

Sejak awal kehadirannya, event grasstrack terus bertaburan, semakin eksis, dan bahkan “naik kelas”. Kenaikan kelas ini terlihat dari tahap modifikasinya yang semakin spesial, dari basis mesin motor bebek hingga motor sport 150cc yang dikombinasikan dengan garapan rangka dan sasis khusus dari builder lokal dan industri rumahan. Ini menunjukkan bagaimana grasstrack terus berevolusi tanpa kehilangan identitasnya sebagai balap yang dekat dengan masyarakat.

Melihat semakin menguatnya geliat balap grasstrack, pada tahun 2008, Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (PP IMI) akhirnya memberikan dukungan penuh. Sebuah inisiatif bersejarah lahir: penyelenggaraan Kejurnas Grasstrack pertama untuk memperebutkan titel Juara Nasional atau Juara Indonesia. Ini adalah momen pembuktian bagi para pembalap grasstrack dari seluruh region yang saat itu terbagi menjadi empat.

Grand Final Kejurnas Grasstrack 2008

Sejarah mencatat, pada hari Sabtu dan Minggu, 20-21 Desember 2008, Sirkuit PPC Pondok Cabe, Depok, Jawa Barat, menjadi saksi tempat gelaran Grand Final Kejurnas Grasstrack (GFKG) perdana. Ini adalah gelar pertama dalam sejarah grasstrack Indonesia dan juga titel perdana dengan sistem region. Tiga dari empat region di Indonesia hadir, menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Region Sumatera diwakili oleh tim asal Bangka dan Jambi, Region Jawa lengkap dengan perwakilan dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta Region Sulawesi yang diwakili tim RFC Gorontalo Utara.

Promotor Mico Alexandro berhasil menggarap kejurnas ini meski dengan waktu persiapan yang sangat singkat, hanya sekitar sebulan. Para tracker papan atas dari kategori open, junior, dan pemula bersaing ketat di lintasan sepanjang 1,2 km yang menantang. Penonton disuguhi tontonan menarik dari aksi jago-jago grasstracker nasional dengan motor-motor besutan grasstrack dari kelas pemula hingga ppen, semua bersaing dalam event yang juga didukung oleh Kawasaki Motor Indonesia (KMI).Dilansir vmxmedia.id, Nama-nama seperti Novi Andrian, Kiki Hasan, dan Angga Anang menjadi sorotan di kelas Bebek Standar 110 cc Pemula. Di kategori Bebek Modifikasi 2-Tak 110 cc Junior, ada nama Cep Sena, Rifan DN, dan Diki Jazz. Sementara di kelas Bebek Modifikasi 4-Tak 110 cc Junior, Egi ST, Toni Jims, dan Rifan DN unjuk gigi. Kelas paling bergengsi, Sport Campuran 150cc Open, menampilkan pertarungan sengit antara Akbar Taufan, F. Chimon, dan Irfan Titan. Namun, duel paling seru dan menjadi favorit penonton saat itu adalah di kelas Bebek Modif 110 cc Open, yang mempertemukan F. Chimon, Akbar Taufan, dan Cep Sena dalam persaingan ketat. (dpu)