VMXMedia.ID – Dalam dunia balap, salah satu aspek paling krusial yang membedakan antara pembalap biasa dan pembalap kompetitif adalah cara mereka menaklukkan tikungan — atau yang sering disebut sebagai cornering. Tak hanya itu, menaklukkan tikungan juga merupakan sebuah seni yang krusial untuk meraih waktu tercepat. Baik di lintasan aspal seperti road race dan MotoGP, maupun di arena off-road seperti motocross dan supercross, cornering menuntut teknik, feeling, dan adaptasi yang tinggi.
Meskipun tujuan akhirnya sama, yaitu melewati tikungan secepat mungkin dengan tetap menjaga kendali, filosofi, gerakan tubuh, kecepatan, dan stabilitas, teknik cornering di kedua disiplin ini sangat berbeda yang membuat keduanya unik.
Perbedaan mendasar ini lahir dari karakteristik permukaan lintasan, jenis ban yang digunakan, geometri motor, hingga gaya berkendara yang dituntut oleh masing-masing disiplin.
Di balap aspal, cornering adalah tentang presisi dan memaksimalkan grip yang tersedia. Kelincahan dan keseimbangan dinamis antara grip ban dengan permukaan jalan sangat diandalkan. Permukaan aspal yang rata dan memiliki daya cengkeram tinggi memungkinkan pembalap untuk memiringkan motor hingga sudut yang ekstrem, seringkali menyentuh lutut atau bahkan siku ke aspal. Ini dikenal dengan teknik knee-down atau elbow-down. Tujuannya adalah untuk menjaga traksi ban tetap optimal saat menikung di kecepatan tinggi.
Dalam kondisi ini, distribusi bobot tubuh diarahkan ke dalam tikungan, seolah tubuh “menjatuhkan diri” untuk menjaga pusat gravitasi tetap rendah. Pengendalian di sini banyak bergantung pada kehalusan throttle, presisi pengereman, dan ketepatan dalam memilih racing line.
Teknik utama yang digunakan adalah lean angle atau sudut kemiringan motor. Semakin miring motor, semakin besar gaya sentrifugal yang dilawan oleh grip ban, memungkinkan pembalap untuk mempertahankan kecepatan tinggi saat melewati tikungan.
Pembalap aspal akan dengan halus memindahkan berat badan ke sisi dalam tikungan, membantu motor untuk tetap stabil dan memaksimalkan kontak ban dengan aspal.Pengereman dilakukan jauh sebelum tikungan dengan teknik yang halus dan terukur, dan akselerasi baru dibuka secara bertahap setelah apex atau titik terdalam tikungan.
Keunikan dari cornering di balap aspal terletak pada kehalusan gerakan, perhitungan matematis sudut dan kecepatan, serta pemanfaatan aerodinamika motor untuk menambah stabilitas saat menikung dalam kecepatan tinggi.
Sebaliknya, di dunia olahraga garuk tanah seperti motocross, cornering memiliki dinamika yang jauh berbeda. Di sini cornering adalah tentang mengatasi ketidakpastian dan menjaga momentum di atas permukaan yang licin dan berubah-ubah.
Karena permukaan lintasan berupa tanah, pasir, atau lumpur yang tidak stabil, pembalap tidak bisa mengandalkan grip ban dengan cara yang sama seperti di aspal. Justru, teknik cornering dalam motocross mengandalkan kontrol terhadap motor yang “bergerak liar”.
Pembalap cenderung menahan posisi motor tetap tegak dan justru menggeser tubuh ke bagian luar tikungan, sebuah teknik yang dikenal sebagai counter-lean. Selain itu, kaki bagian dalam sering dijulurkan ke depan sebagai penyeimbang atau untuk menyentuh tanah bila diperlukan — sebuah kebiasaan penting yang disebut leg out.
Salah satu aspek paling unik dari cornering di motocross adalah adanya berm atau gundukan di sisi tikungan, yang memungkinkan pembalap untuk “menabrak” atau menekan dinding tikungan demi mendapatkan dorongan keluar tikungan. Ini sangat berbeda dengan racing line di balap aspal yang biasanya lebih mengalir dan mengutamakan kelandaian. Dalam motocross, menikung bisa terasa lebih agresif, bahkan terkadang seperti melompat keluar dari tikungan jika memanfaatkan berm dengan tepat.
Secara umum, cornering di balap aspal menuntut presisi dan kontrol grip, sementara di motocross dibutuhkan adaptasi dan keseimbangan terhadap permukaan yang berubah-ubah. Keduanya sama-sama membutuhkan latihan intensif, insting tajam, dan keberanian tinggi, namun pendekatan teknis dan filosofi berkendaranya benar-benar berbeda.
Memahami perbedaan ini penting tidak hanya bagi pembalap, tapi juga bagi pecinta otomotif dan motorsport, karena memperlihatkan betapa beragamnya dunia balap dan bagaimana setiap medan menciptakan gaya serta teknik yang unik. Baik menunduk tajam di tikungan sirkuit aspal atau melawan gravitasi di belokan berdebu motocross, keduanya punya tantangan dan daya tarik tersendiri — dan masing-masing adalah bentuk seni mengendarai yang luar biasa. (dpu)