VMXMedia.ID–Grasstrack adalah salah satu cabang olahraga balap motor yang sangat populer di Indonesia, terutama karena kedekatannya dengan budaya lokal dan aksesibilitasnya yang tinggi bagi masyarakat. Nama “grasstrack” sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu “grass” (rumput) dan “track” (lintasan), yang merujuk pada lintasan balap yang awalnya berupa jalur rumput atau tanah terbuka. Di Indonesia, grasstrack telah berkembang menjadi fenomena budaya yang unik dan membumi.
Istilah “grasstrack” mulai dikenal di Indonesia pada era 1970-an, ketika balapan motor diadakan di lapangan terbuka atau area pertanian dengan lintasan tanah. Balapan ini menjadi populer karena biayanya yang relatif rendah dan dapat diikuti oleh masyarakat luas. Motor yang digunakan pun merupakan motor harian yang dimodifikasi, seperti motor bebek, sehingga mudah diakses oleh berbagai kalangan.
Penamaan grasstrack untuk olahraga balap motor satu ini sangat relevan dengan praktik di lapangan. Dulu dan sekarang, banyak sirkuit grasstrack yang memanfaatkan kondisi alamiah lahan, dengan sedikit sentuhan rekayasa untuk membuat tikungan, tanjakan, dan turunan sederhana. Inilah mengapa istilah “grasstrack” begitu pas; balapan memang terjadi di “lintasan rumput” atau “lintasan tanah”.
Pada zaman dulu, lintasan grasstrack di Indonesia sangat sering, bahkan lumrah, memanfaatkan area persawahan yang sedang tidak ditanami atau lahan kosong yang mirip sawah. Ini adalah salah satu ciri khas yang melekat pada sejarah dan perkembangan grasstrack di Tanah Air, sekaligus menjadi salah satu alasan balap motor ini dinamai grasstrack.
Sebagaimana namanya “grasstrack” (lintasan rumput/tanah), pada awal kemunculannya, balapan ini memang diadakan di area yang paling mudah diakses dan diadaptasi. Sawah yang baru panen dan kering, atau lahan kosong yang luas dengan permukaan tanah yang relatif rata, menjadi pilihan utama. Lahan-lahan ini melimpah di pedesaan, sehingga event grasstrack bisa diselenggarakan secara “spontan” atau dengan persiapan minim.
Lintasan grasstrack zaman dulu tidak dibangun dengan perencanaan matang atau infrastruktur permanen seperti sirkuit motocross modern. Umumnya, lintasan hanya ditandai dengan garis batas sederhana (seringkali hanya menggunakan tali, ban bekas, atau bahkan karung berisi tanah/sekam). Kontur sirkuit mengikuti kondisi alamiah lahan, dengan sedikit modifikasi untuk membuat tikungan atau gundukan kecil. Begitu acara selesai, lahan akan kembali difungsikan sebagaimana mestinya, misalnya untuk ditanami kembali.
Karena sering memanfaatkan sawah atau lahan terbuka, kondisi lintasan sangat bergantung pada cuaca. Jika hujan, lintasan akan menjadi lumpur yang sangat menantang, menambah dramatisasi balapan. Jika kemarau, debu akan beterbangan. Karakteristik permukaan yang tidak rata, kadang bergelombang, dan bervariasi antara tanah padat dan gembur adalah hal yang biasa.
Balapan di “sawah” atau lahan terbuka ini menjadikan grasstrack sangat dekat dengan masyarakat. Penonton bisa datang dari berbagai penjuru, bahkan hanya berjalan kaki dari rumah mereka. Suasana kerakyatan ini adalah salah satu daya tarik utama grasstrack zaman dulu, di mana balapan menjadi hiburan yang dinanti-nanti di tingkat lokal.
Meski berakar dari lahan sawah, grasstrack di Indonesia terus bertransformasi mengikuti dinamika zaman. Saat ini, banyak sirkuit grasstrack telah dibuat lebih permanen, dengan struktur yang lebih tertata. Tak hanya itu, kreativitas komunitas lokal memunculkan lokasi-lokasi balap yang unik.
Salah satu contohnya adalah pemanfaatan lahan kebun kelapa sawit sebagai sirkuit dadakan. Bahkan, para saudagar sawit yang mencintai olahraga dirtbike rela menyisihkan hasil panennya untuk menyediakan hadiah besar, menarik minat pembalap dari berbagai tingkatan – mulai dari lokal hingga nasional.Di daerah pesisir seperti Sukabumi, Pangandaran, dan Bangka Belitung, bibir pantai juga kerap disulap menjadi arena grasstrack. Medan pasir dan pemandangan laut menciptakan tantangan baru sekaligus daya tarik tersendiri. Inilah yang membuat grasstrack di Indonesia begitu hidup, dinamis, dan terus berevolusi. (dpu)