Sheva Ardiansyah: Jejak Spirit Perempuan Indonesia Menantang Dominasi Pria di Arena Motocross

By: Delisti Putri Utami | 06/05/2025
Sheva Ardiansyah: Jejak Spirit Perempuan Indonesia Menantang Dominasi Pria di Arena Motocross

VMXMedia.ID—JIKA lintasan motocross adalah medan perang, maka Sheva Anela Ardiansyah adalah srikandi yang tak kenal gentar. Di tengah gempuran rival laki-laki, ia hadir dengan nyali baja dan kemampuan mumpuni, menorehkan jejak unik sebagai satu-satunya pembalap motocross perempuan Indonesia yang aktif di kancah nasional. Dalam dua tahun terakhir, ia bahkan sesekali menguji adrenalinnya di kelas grasstrack.

Bagi Sheva Anela Ardiansyah, lintasan motocross bukan sekadar arena adu cepat, melainkan panggung pembuktian diri. Di sana, di atas motornya, ia menjelma menjadi representasi keberanian dan ketangguhan seorang perempuan di dunia yang didominasi laki-laki.

Di kelas motocross yang ia ikuti, Sheva selalu menjadi oase di antara dominasi kaum adam. Ia tak gentar beradu cepat dan melibas rintangan bersama para pembalap laki-laki, membuktikan bahwa gender bukanlah penghalang untuk mengukir prestasi di dunia balap motor.

“Buah jatuh tak jauh dari pohonnya,” demikian pepatah yang tepat menggambarkan garis keturunan Sheva. Bakat balapnya mengalir deras dari mendiang sang ayah, Irwan Ardiansyah, seorang legenda motocross Indonesia yang selama tujuh tahun berturut-turut merajai podium nasional. Darah juara seolah menjadi warisan tak ternilai yang kini diolah dengan apik oleh Sheva.

Namun, jalan Sheva menuju lintasan balap tidaklah semulus lintasan yang telah ia taklukkan. Awalnya, restu dari keluarga, terutama sang ayah, tak kunjung datang. Irwan Ardiansyah, dengan segudang pengalamannya di dunia balap, sangat memahami betul risiko yang mengintai seorang pembalap, terlebih bagi seorang perempuan. Kondisi dunia balap Indonesia kala itu juga belum ramah bagi pembalap wanita, tanpa adanya kelas khusus perempuan. Pilihan yang ada hanyalah bertarung melawan kaum pria atau menimba ilmu dan berlaga di kelas perempuan di negeri orang.

Kendati demikian, penolakan tak mampu membendung kobaran semangat Sheva. Kegigihan untuk menggeber motor dan merasakan adrenalin balap terus membara. Ia tak lelah meyakinkan kedua orang tuanya hingga akhirnya luluh dan mengizinkannya berkecimpung di dunia yang dicintainya. Tahun 2010 menjadi titik balik, saat Irwan Ardiansyah mulai menularkan ilmu balapnya kepada sang putri.

Di usia belia, Sheva sudah mendapatkan gemblengan mental yang kuat, disiplin tinggi, teknik balap yang mumpuni, serta fondasi fisik yang prima dari sang ayah. Meski tak selalu mendampingi secara langsung di setiap latihan, Irwan Ardiansyah selalu mengamati perkembangan kemampuan Sheva. Insting seorang juara melihat potensi luar biasa dalam diri putrinya, sebuah talenta yang layak dikembangkan hingga level profesional dan mampu bersaing dengan para pembalap laki-laki.

Ketertarikan Sheva pada dunia balap sendiri bersemi sejak kecil, saat ia sering menyaksikan sang ayah berlatih. Mimpi untuk suatu saat bisa berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia Women Motocross menjadi motivasi tersendiri. Ayahnya adalah sumber inspirasi utama bagi pembalap bernomor start 75 ini untuk mengikuti jejaknya.

Lahir dan tumbuh dalam atmosfer balap, Sheva terus mengasah kemampuannya. Baginya, memacu adrenalin dan menaklukkan setiap rintangan di lintasan bukan sekadar hobi, melainkan juga kendaraan untuk meraih prestasi. Nyalinya yang besar dan kemampuannya mengendalikan motor di usia dini bahkan mampu menantang para pembalap dewasa.

Tahun 2012 menjadi babak baru dalam hidup Sheva. Di usia enam tahun, ia meminta orang tuanya untuk membelikannya motor KTM. Tahun itu pula menjadi debutnya di kejuaraan motocross, turun di kelas 50cc Yogyakarta. Kenangan akan finis di urutan terakhir masih terpatri jelas di benaknya.

Namun, kegagalan itu tak sedikit pun meruntuhkan semangatnya. Justru, ia semakin termotivasi untuk berlatih lebih keras, setiap minggunya dari pukul 15.00 hingga 17.00. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia mulai mampu menjejakkan kaki di podium dan bersaing ketat dengan para pembalap laki-laki.

Podium pertama yang berhasil diraih Sheva adalah di kejuaraan Powercross Malang, saat ia berhasil menduduki posisi keempat di kelas 50cc. Momen tersebut hingga kini menjadi salah satu yang paling berkesan dalam perjalanan karier balapnya. Tak kalah membahagiakan adalah momen ketika ia pertama kali meraih podium pertama pada tahun 2014 di Ambarawa.

Ketika naik ke kelas 65cc, Sheva telah mengikuti puluhan kejuaraan motocross, dan saat itu ia masih menjadi satu-satunya pembalap perempuan di kelas tersebut. Hebatnya, di kejuaraan motocross kelas 65cc pertamanya, Sheva langsung menunjukkan kelasnya dengan meraih podium kedua.

Untuk terus mengembangkan kemampuannya, selain berlatih di sekolah balap milik keluarganya, pembalap kelahiran 16 Juli 2006 ini juga tak ragu menimba ilmu di luar negeri. Pada tahun 2018, ia mengikuti training di Jim Holley Motocross Training Camp di Amerika Serikat, dan pada awal 2019, ia melanjutkan latihannya di Spanyol. Selain memperdalam teknik balap, training di luar negeri juga bertujuan untuk merasakan pengalaman baru, terutama beradaptasi dengan karakter tanah yang berbeda-beda.

Penampilan Sheva selalu dinanti di setiap event. Ia telah unjuk gigi di puluhan event tingkat nasional dan tak sedikit yang berhasil ia akhiri dengan raihan podium. Selain yang telah disebutkan, Sheva juga pernah meraih peringkat kedua kelas 65cc Novice Kejurnas Motocross di Cibinong (2018), peringkat pertama Indiel Series kelas 50cc 2 Tak di Semarang, peringkat keempat Kejuaraan GTX & MX Championship RD 1 kelas 50cc 2 Tak di Blitar, dan berbagai prestasi lainnya, termasuk posisi 3 di kejurnas motocross 65cc dan 85cc.

Tak hanya berjaya di kancah nasional, Sheva juga rajin menorehkan prestasi di ajang internasional. Pada April 2019, ia berhasil meraih podium pertama Loretta Lynn Area Qualifier Los Angeles, disusul podium keempat Supercross Future Las Vegas pada Mei 2019. Di Kejuaraan Mini Major 2021, ia menjadi juara di kelas Girls 85/Supermini 12-16 tahun dan meraih posisi ke-12 di kategori 3 Open.

Selain itu, Sheva juga tampil kompetitif di SwapMoto Amsoil Fall Classic California, di mana ia keluar sebagai juara di kelas Women Open 125/250F dan meraih podium ketiga di kategori School Boy secara keseluruhan.

Perjalanan Sheva menuju podium memang tidak selalu mulus. Insiden hingga cedera tak jarang menghampirinya, bahkan trauma sempat membayangi. Di usia 14 tahun, ia mengalami patah tulang untuk pertama kalinya, dan pada September 2022 lalu, ia kembali mengalami cedera bergesernya otot penyangga tulang. Namun, semua itu tak lantas membuatnya menyerah. Setelah proses pemulihan, ia kembali mengaspal dan akan terus berpacu hingga waktu yang belum ditentukan.

Sebuah catatan sejarah baru juga ditorehkan Sheva ketika ia menjadi pembalap motocross perempuan pertama yang berlaga di Australian Pro MX Championship. Ia melakukan debutnya di ajang bergengsi ini pada Agustus 2023. Pada tahun 2024, Sheva kembali fokus balap di Australia, meskipun tidak untuk satu musim penuh.

Kisah Sheva Anela Ardiansyah adalah kisah tentang keberanian, kegigihan, dan semangat pantang menyerah. Ia adalah representasi dari perempuan Indonesia yang mampu mendobrak batasan dan membuktikan bahwa impian bisa diraih dengan kerja keras dan keyakinan. Di tengah deru mesin dan lumpur lintasan, Sheva terus mengukir jejaknya sebagai satu-satunya srikandi motocross Indonesia yang patut diacungi jempol.

Aksinya di lintasan selalu dinanti, bukan hanya karena keunikan statusnya, tetapi juga karena talenta dan determinasinya yang luar biasa. Sheva adalah inspirasi, bukan hanya bagi para pembalap perempuan, tetapi bagi siapapun yang memiliki mimpi besar dan berani memperjuangkannya. (dpu)