VMX.ID – Agenda Kejuaraan Nasional Motocross telah terbit, dan lagi-lagi masih saja dikelola kurang bijak dari segi penjadwalan dan fungsi IMI sebagai regulator dan fasilisator pembinaan prestasi. Jadwal kejurnas untuk kelas MX2 dan MX1 porsinya sangat minim, hanya tiga putaran. Dipastikan dengan porsi tersebut, terbilang tidak ideal sebagai standarisasi jumlah putaran dalam level kejurnas. Banyak faktanya, pebalap Motocross dilevel MX2 dan MX 1 beralih ke Grasstrack,karena berkaitan dengan suasana dan kondisi kebijakan mengolah regulasi dan penyelenggaraan kejuarnas.
Lagi-lagi hanya tiga putaran, seperti musim kompetisi Kejurnas 2022 yang tiga putaran ( berikut grand final ). Kalau sudah begini penanganannya, bagaiman bisa maksimla menelurkan pebalap handal. Ingat wahai yang menjabat di Divisi Off Road Roda dua, kejurnas adalah barometer berhasil tidaknya fasilitasi pebalap bisa kompetitif di ajang kejuaraan Internasional.
Para pejabat Off Road Dua IMI Pusat kalau ditanya soal regulasi teknis dan event mengacu ke FIM, kenyataannya banyak yang tidak bersinergi dan menyimpang dari aturan FIM. Ini fakta dan telah terjadi, dan banyak buktinya telah berlangsung, semua karena para pejabat tersebut menutup diri berkomunikasi dengan komunitas Motocross sebagai pelaku langsung yang merasakan dan menikmati kebijakan peraturan, yang diperhatikan dan dinilai hanya mempertahankan zona nyaman.
Kerjurnas Junior Motocross akan berlangsung dalam 8 putaran yang berlangsung dalam satu paket kejurnas Grasstrack dan JC supertrack. Dengan memperlombakan kelas MX 50, MX 65, MX 65 Novice, MX 85, dan MX125. Berikut jadwalnya :
6-7 Mei – Mojokerto, Jawa Timur
10-11 Juni – Tegal, Jawa Tengah
22-23 Juli – TBA, Jawa Timur
2-3 September – Salatiga, Jawa Tengah
7-8 Oktober – Jaharun Circuit – Sumatera Utara
Sedangkan kejurnas yang lengkap dengan kelas-kelas di MX 2- dan MX1 yang di lombakan hanya berlangsung tiga putaran, dengan agendanya :
13-14 Mei 2023 – MPS Banten
3-4 Juni 2023 – Sulawesi Selatan
5-6 Agustus 2023 – Jawa Timur.
Namun ada catatan khusus dalam menempatkan jadwal Kejurnas yang dinilai memberatkan dari segi waktu dan pertimbangan aktifitas sekolah pebalap di katagori Junior, seperti : kelas MX 50, MX 65, MX 65 Novice, MX 85, dan MX125. Jelas-jelas penyampaian Ketua Umum IMI, Dr. H. Bambang Soesatyo SE.MBA menegaskan kepada penulis,saat pertemuan sharing. Ketum IMI BamSoet Menegaskan atlit balap jangan sampai terganggu aktifitas pendidikannya dalam mengikuti kejuaraan.
Yang dikritisi sebagaian besar tim Junior adalah jadwal Kejurnas yang terlalu rapat rentang waktunya dalam jarak tempuh antar pulau. Jadwal yang perlu ditinjau kembali adalah Kejurnas di Sulawesi Selatan 3-4 Juni 2023 dengan putaran di Tegal, Jawa Tengah 10-11 Juni.Meski mendapat subsidi pengangkutan kapal oleh panitia kejurnas Sulawesi Selatan, IMI Pusat dengan komisi motocross-nya seharusnya merevisi jadwal tersebut dengan pertimbangan : Aktifitas sekolah pebalap dan persiapan stamina dan motor balapnya dengan jarak tempuh antar pulau. Semuanya tentu sangat menentukan daya kompetisi atlit, yang dirasa kurang strategis kebijakan mengatur jadwal tersebut. Faktor kelelahan atlit, belum lagi tuntutan kewajiban masuk sekolah sebagai siswa adalalah hal krusial yang harus di tinjau ulang jadwalnya.
Jika disimak dari jadwal JC supertrack yang juga sebagai bagian seri kejurna skelas Junior, idealnya jadwal Kejurnas Sulawesidi geser bulan Agustus bertukar jadwal dengan agenda Kejurnas di Jawa Timur. Tingal komisi Motocross IMI Pusat bersinergi dan berkomunikasi intensif ke antar penyelenggara di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Semua bisa berjalan baik, kalau Komisi Motocross IMI Pusat peduli dan bergerak cepat akan permasalahan tersebut.
Perlu diketahui, peserta kejurnas di kelas MX 50, MX 65, MX 65 Novice, MX 85 dan MX 125,sangat jarang dalam cakupan tim balap professional dan dominan team privateer. Para team kelas MX 125 kebawah adalah asset penting untuk diberikan suasana dan kebijakan yang diperkuat dengan niat dan misi pembinaan prestasi, sesuai pungsi IMI.
Permasalahannya, tiap tahun ada pembukaan uji lisensi mulai dari Juri, COC hingga lisensi Promotor event. Tapi faktanya, hanya orang-orang tersebut yang masih saja mendominasi bertugas disetiap event. Idelanya dengan adanya uji lisensi tiap tahun hars ada regenerasi, tujuannya agar ada penyegaran yang bisa memperbaiki kualitas penanganan kompetisi dan penanganan pembinaan prestasi. Jika yang duduk tidak ada regenerasi, zona nyamannya akan berimbas akan kualitas yang stagnan tidak lagi berkembang dan minimnya kreatifitas. Ingat Bung ! Organisasi itu akan berkembang maju jika ada regenerasi.